• Home
  • Hi!
  • Thought
  • Review
  • Trip
instagram

The Random Journal

Stok foto di Jogja masih ada nih, lanjutin postingan sebelumnya ah, hehe.
Hari kedua di Jogja, kami (aku, Mama dan Adek) cuma berencana mengunjungi tempat-tempat yang dekat saja karena sorenya kami sudah harus pulang. Pagi-pagi kami sengaja gak sarapan di penginapan karena pingin makan nasi pecel yang ada di Jalan Malioboro. Karena jarak dari penginapan ke Malioboro dekat, kami berjalan kaki sambil menikmati Jogja di pagi hari. Sampai di Jalan Malioboro, kami melihat kerumunan orang di plang Jalan Malioboro, ternyata mereka lagi antri untuk foto di bawah plangnya itu. Denger-denger sih plang Jalan Malioboro jadi salah satu spot yang paling hits untuk berfoto.


Sebagai kids zaman now, si Adek juga minta difoto.

Setelah selesai sarapan, kami langsung ke Taman Sari. Konon, Taman Sari ini dulunya adalah taman Keraton Yogyakarta yang biasa dijadikan tempat rekreasi oleh raja keraton dan keluarga. Di dalamnya ada kolam pemandian gede yang biasa dipakai oleh selir-selir, makanya Taman Sari sering juga disebut Istana Air. Dari pintu masuk kita bisa langsung menemukan kolam pemandian itu.


Kolam pemandian para selir kerajaan.

Seperti prediksi sebelumnya, di Taman Sari pun rameee banget. Butuh perjuangan untuk berfoto dan gak jamin kalo hasil fotonya tanpa photobomb, haha. Apalagi untuk foto di Mesjid bawah tanahnya. Karena bentuknya yang unik, spot mesjid bawah tanah ini jadi incaran traveller yang datang ke Taman Sari, sampai-sampai untuk berfoto di spot ini kami harus antri. Warbiyasa yak! Dan karena ketidakpiawaian aku dalam mengambil foto, hasil foto disini gak bagus, soalnya diburu-buru sama orang lain yang mau foto juga, huft.
Gak paham kenapa Mama posenya megang perut begitu --"

Dari Taman Sari, kami langsung menuju Keraton Yogyakarta. Di Keraton, kami melihat-lihat berbagai koleksi milik kesultanan, replika pusaka keraton, gamelan dan bangunan-bangunan keraton yang memiliki arsitektur khas istana Jawa.




Di Keraton, kami juga menikmati pertunjukan seni gamelan dan seni tari. Katanya sih pagelaran gamelan ini diadakan setiap hari dan gratis di Keraton.



Hari udah semakin siang dan perut mulai laper jadi kami sepakat untuk menyudahi keliling-keliling di Keraton dan pergi nyari makan. Sebelumnya aku sempat browsing tempat makan apa yang lagi ngehits di Jogja dan memutuskan untuk mencoba ke The House of Raminten.



Saat memasuki The House of Raminten, aku bisa langsung merasakan nuansa tradisional Jawa yang sangat kental, interiornya nyeni dan aroma dupa bisa tercium dengan jelas. Ada deretan bangku untuk menunggu bagi para pengunjung yang belum kebagian meja makan yang tersedia. Di dekat ruang tunggu, aku juga melihat ada kereta kuda yang dipajang dengan apik.

Kami diantar oleh waiter ke lantai dua untuk menempati meja makan lesehan yang tersedia. Oia, seragam waiters disini juga terbilang unik. Waiter wanita memakai kemben dan jarik sedangkan waiter prianya memakai kaos dengan rompi dan jarik. Aku memesan nasi rawon dan kalo menurutku sih rasanya biasa aja. Lamanya waktu dari memesan makanan sampai makanan disajikan cukup lama, jadi agak bikin bete ya kalo untuk orang yang lagi laper. Secara keseluruhan nilanya 7/10 lah yaa.
Nah selesai deh liburan di Jogjanya...
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bulan Juli lalu aku nemenin Mama yang pingin banget pergi ke Candi Borobudur. Katanya sih pingin foto di Candi Borobudur, haha. Kami berangkat dari Stasiun Pagaden Baru jam 12.03 dan sampai di Stasiun Lempuyangan jam 18.14, pake kereta ekonomi (Gaya Baru Malam Selatan). Sampai di Jogja, kami langsung menuju Jalan Malioboro untuk mencari makan. As usual, Jalan Malioboro rame banget dan selalu bikin seneng (apa perasaan aku doang yak?). Kami makan di warung pinggir jalan sambil menikmati musik dari musisi jalanan. Selesai makan, kami berjalan menyusuri Jalan Malioboro. Karena jalan bareng ibu-ibu jadi aku harus rela mampir-mampir dulu ke toko-toko baju batik dan oleh-oleh (padahal baru nyampe tapi udah nyari oleh-oleh aja ya, ga paham lagi deh sama power ibu-ibu dalam urusan belanja). Setelah Mama puas nyari oleh-oleh, kami pergi menuju penginapan untuk beristirahat.

 

Besoknya sekitar jam 8 pagi kami berangkat menuju Candi Borobudur. Selama di perjalanan, Bapak supir travel yang mengantar kami bercerita tentang apa saja yang menarik yang bisa dikunjungi di Jogja. Beliau juga cerita tentang tempat-tempat yang kami lewati, seperti aliran lahar dingin dari letusan Gunung Merapi sampai Candi Mendut.

Begitu nyampe di Candi Borobudur, kami gak heran sih kalo banyak banget orang disana. Secara ini kan tempat wisata, termasuk world heritage dan kami kesana pas hari libur. Hal pertama yang kami lakukan adalah membeli karcis. Aku lupa sih harga karcisnya berapa, tapi kalo gak salah untuk wisatawan lokal harganya 30.000 Rupiah. Hari itu cuaca di area Candi panas banget. Sampe berasa pingin ngaso aja di bawah pohon. Tapi masa iya udah jauh-jauh dari Subang kemari cuma buat neduh di bawah pohon doang. Akhirnya dengan semangat yang sudah berkurang setengahnya kami berusaha untuk menaiki Candi yang sangat besar itu.

Susah banget mau foto-foto dengan tenang disana karena padeeeet banget. Mesti senggol-senggolan dulu sama orang lain untuk bisa foto. Tapi apapun yang terjadi, take photos it's a must karena Mama kan kesini dengan tujuan utama untuk foto-foto, haha.

Walopun panas, pegel dan capek karena naik dan keliling-keliling di Candi tapi kami seneng banget karena bisa menikmati keindahan alam dan keindahan bangunan Candi. Dan yang paling penting kepingin Mama bisa terwujud, hihi. Nanti kalo kesini lagi pingin deh nginep biar bisa ikut sunrise tripnya. Semoga...

Mama & Adek baru nyampe langsung minta foto.
Mama bergaya :)
          
Cendol, gan. Rame bangeeet!

 
Akhirnya kesampean juga Mama foto di Borobudur.

Pemandangannya keren banget.
Salah satu dagangan pedagang yang ada di jalur pintu keluar area Candi Borobudur.
Selesai mengelilingi Candi Borobudur, kami makan dan langsung melanjutkan perjalanan ke Pantai Parangtritis. Kenapa Pantai Parangtritis? Karena si Adek pingin ke pantai. Ngomong-ngomong tentang jauhnya jarak dari Candi Borobudur ke Pantai Parangtritis (sekitar 63 km), temenku sampe komentar "Lu gak punya smartphone? Gak ada aplikasi Google Map gitu? Gak ngecek dulu jaraknya? Dasar oon, itu jauh woy. Untung supirnya mau nganter." haha. Dan memang perjalanan dari Candi Borobudur ke Pantai Parangtritis waktu itu sedikit bikin bete. Bukan karena jauhnya aja sih tapi juga karena macet. How I hate traffic jam. Jadi aku tidur selama perjalanan.

Kami disambut oleh udara panas dan angin kencang begitu sampai di Pantai Parangtritis. Walaupun di Parangtritis pengunjung dilarang berenang, tapi pengunjung masih bisa duduk-duduk di tepi pantai, menyusuri pantai, naik bendi dan ATV. Kalo kami sih memang ga niat mau basah-basahan. Cukup menyusuri pantai aja udah seneng, hehe. Ombak di Parangtritis besar banget. Kami yang jalan di tepi pantai aja bisa basah karena kecipratan ombaknya. Acara basah-basahan yang tidak disengaja pun akhirnya terpaksa dihentikan karena kameraku kebasahan. Panik takut kamera rusak bikin aku langsung melipir jauh dari pantai, haha.

Kami gak lama di Parangtritis. Setelah insiden kamera kebasahan, kami ngemil-ngemil di warung sebentar dan langsung memutuskan untuk menuju tempat berikutnya.
Untuk mencapai tempat berikutnya pun kami harus rela merasakan lagi kemacetan walopun gak lama. Dan perjalanan pun terasa sangat jauh karena kami menuju Jogja kota lagi.

Anginnya kenceng banget sampe rambut si Adek berantakan.

I love their laugh...
Sebenernya ombaknya gede banget.
Lewat doang pas mau pulang.
Kami mengunjungi pabrik pembuatan Bakpia Pathok 25. Tadinya sih aku pingin motoin proses pembuatan bakpianya tapi gak jadi karena males harus izin-izin dulu. Jadi disana kami cuma membeli bakpia. Oia selain bakpia, disana juga tersedia bermacam-macam oleh-oleh seperti sale pisang, keripik ikan, dll.

Destinasi terakhir yang kami kunjungi hari itu adalah Taman Pelangi. Kayaknya Taman Pelangi ini masih baru deh, soalnya terakhir aku ke Jogja, Taman Pelangi ini belum ada (iyalah wong aku terakhir ke Jogja 11 tahun yang lalu, hehe). Taman Pelangi ini ada di area Monumen Jogja Kembali. Disini kami menikmati lampion-lampion warna-warni dengan berbagai macam bentuk, mulai dari hewan, tumbuhan, karakter-karakter kartun, dll. 
Double Mega



Disini juga banyak stand-stand makanan jadi gak usah takut kelaperan disini. Overall sih menurutku tempatnya lumayan asik untuk piknik bareng keluarga di malam hari. Karena sudah lelah jiwa dan raga, kami keliling-keliling sebentar disini dan memustuskan untuk pulang ke penginapan. 1st day in Jogja, done!
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

Slice of Lyfe

Labels

  • PERSONAL THOUGHT
  • POEM
  • REVIEW
  • TRIP

Popular Posts

  • Menjadi Seorang INFP
  • Pengalaman Mempunyai Akun Online Dating
  • Kursus Online di Udemy
  • MENIKAH.
  • Menikmati Kopi di Tuang Cafe

Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  February 2019 (1)
  • ►  2018 (32)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  June 2018 (7)
    • ►  May 2018 (5)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (3)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (4)
  • ▼  2017 (11)
    • ▼  December 2017 (11)
      • Jogja Istimewa, Part 2
      • Jogja Istimewa, Part 1
      • You Live Your Own Life
      • Untitled
      • Let It Go
      • What's Your Priority?
      • Memanjakan Mata di Pantai Tanjung Lesung
      • Mencari Filosofi di Kedai Kopi
      • M E T A M O R F O S I S
      • R I N D U
      • Sepenggal Cerita dari Negeri di atas Awan, Dieng.
Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose