• Home
  • Hi!
  • Thought
  • Review
  • Trip
instagram

The Random Journal

Siang tadi aku menjenguk seorang teman di rumah sakit. Dia sudah menikah dan kebetulan tadi dia cuma ditemani suaminya di ruangan. Temanku itu tiba-tiba aja bilang "Tuh Ma, makanya cepetan nikah, biar kalau sakit ada yang ngurus." Seperti biasa, responku cuma nyengir kuda. I can't count how many times people asked me about marriage, or just talked about marriage to me. Sebenarnya it's common things to talk about sih tapi ya...

Okay, sebenernya aku bukannya ga mikirin tentang nikah. Aku mikirin banget. Pingin nikah? Pingin banget. Secara umur udah banyak, ada tuntutan dari orangtua dan alasan-alasan lainnya *tjurhaaat :D Jadi kalo sekarang ada yang ngajak nikah mau nih, Ma? Ya ga gitu juga lah ya. Nikah memang ibadah, tapi kan ga sekedar menyegerakan kata sah, harus dilakukan secara terarah agar tidak menimbulkan masalah. Haha. 

Buatku menikah itu adalah tentang mengambil keputusan seumur hidup. I have to marry the right person -someone who complete me, reliable and committed- because I will spend my lifetime with him. Ga mau dong kita menikahi orang yang salah. Orang yang bukannya bikin hati tenang malah bikin kita selalu uring-uringan.

In this post I will talk about what I think about marriage. Menikah bukan hanya soal menyatukan dua orang untuk hidup bersama. Atau hanya agar ada yang ngurusi kalo lagi sakit. Menikah lebih dari sekedar itu. Menikah adalah tentang kesiapan untuk berkomitmen, berjuang, berkorban dan belajar untuk membina suatu hubungan yang sangat lama (for a lifetime ya) dengan seseorang yang kita pilih sebagai pasangan hidup kita untuk mewujudkan keluarga yang bahagia.

Akhir-akhir ini aku sering bertanya kepada orang-orang yang sudah menikah tentang bagaimana cara mereka mempertahankan pernikahan. Dan rata-rata mereka menjawab kalo mempertahankan pernikahan itu amat sangat tidak mudah. Akan ada banyak sekali masalah yang muncul, dari masalah yang sepele sampai masalah yang besar. Karena menyatukan pemikiran dari dua kepala yang berbeda membutuhkan effort yang besar.

Karena untuk mewujudkan pernikahan yang baik itu ga gampang, aku ga mau sembarangan dalam memilih partner hidup. Aku harus tau karakter orang yang akan aku nikahi itu. Misalnya, bisa ga dia berkomitmen? Kalo lagi marah ato stress reaksinya kayak gimana? How he treated me, his family and my family? Bisa diajak komunikasi ga? Mau kompromi ga? Gengsian ga dalam hal meminta maaf dan memberikan maaf? Dan yang paling penting punya tanggungjawab ga sama hidupnya. Dari hal-hal tersebut kita bisa tau karakter seperti apa yang cocok untuk dijadikan teman hidup bagi kita.

Temanku pernah bilang kalo manusia itu cenderung menarik kualitas/ sifat yang sama dengan dirinya. Jadi untuk mendapatkan pasangan dengan kualitas-kualitas yang aku harapkan, PR-ku adalah belajar dan berusaha agar kualitas-kualitas tersebut ada di dalam diriku juga.

When I think about marriage, I think about two person in the same team. Dimana si suami adalah ketua team-nya. Dan dua orang di dalam team ini saling support, listen each other, trust each other, saling menghargai, saling menghormati, mau berkompromi, mau mengesampingkan egonya masing-masing demi kepentingan bersama dan bersikap dewasa saat menghadapi konflik.

Selain karakter, menyamakan visi menjadi hal yang penting buatku, karena dengan mempunyai tujuan yang sama, kita dapat berjalan beriringan untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan. Aku harus tau tentang pandangannya mengenai masa depan, bagaimana dia memaknai peran suami istri di dalam rumah tangga, bagaimana pendapatnya tentang seorang istri yang memilih untuk menjadi wanita karir atau menjadi full time housewife yang tanpa penghasilan, dimana tempat yang tepat untuk ditinggali setelah menikah, bagaimana cara menjalin hubungan agar tetap baik dengan orang tua dan mertua, bagaimana cara mendidik anak kelak, bagaimana cara mengelola keuangan keluarga dan hal-hal yang lain yang mungkin akan ditemui dalam pernikahan.

Nah kira-kira itu sih yang terlintas di kepalaku kalo denger kata nikah. A long learning process that need big effort and hard work from two person who want to make a great marriage.
Share
Tweet
Pin
Share
11 comments
Tahun lalu seorang teman memberi informasi tentang sebuah platform kursus online yang bernama Udemy. Udemy ini merupakan pasar khusus bagi kursus online. Karena Udemy merupakan sebuah pasar, maka kursus yang tersedia disini tidak diproduksi oleh Udemy, melainkan oleh para profesional yang memang ahli di bidangnya.
Berbagai macam kursus ditawarkan disini, mulai dari bidang marketing, business, IT & software, personal development, design, photography, music dan lain-lain. Kita bisa memilih kursus mana yang sesuai dengan minat, tingkatan dan anggaran yang kita punya. Oh iya, disini juga banyak free online course loh. Dan aku termasuk salah satu pengkoleksi kursus gratisannya Udemy. Hehe. Biasanya kursus yang gratisan ini punya limited time dan limited quantity jadi harus cepat-cepat enroll sebelum terlambat, kalau belajarnya sih bisa kapan aja. Kemudahan lain yang diberikan oleh Udemy adalah adanya mobile apps baik di Android ataupun iOS, jadi kita bisa belajar dimana saja dan kapan saja.

Gak semua kursus yang ada di Udemy itu bagus, ada juga yang biasa saja. Maka dari itu kita harus jeli dalam memilih kursus yang akan kita ambil. Bagus atau tidaknya sebuah kursus dapat dilihat dari rating. Rating tertinggi di Udemy adalah 5 bintang. Kursus yang bagus biasanya memiliki rating di atas 4 bintang. Selain itu, kursus yang bagus juga dapat dilihat dari jumlah orang yang mengikuti kursus tersebut. Semakin banyak jumlah peserta kursusnya maka semakin baik kualitasnya. Kita juga bisa melihat preview mengenai sebuah kursus untuk menentukan apakah kursus tersebut cocok dengan kita atau tidak.

Nah, sekarang aku akan cerita sedikit tentang course pertama yang aku ambil di bidang photography, tapi belum kelar sih, haha. Judul coursenya adalah Photography Masterclass: Your Complete Guide to Photography dengan instructor Phil Ebiner dan Sam Shimizu-Jones. Kursus ini untuk pemula dan gratis. Course ini terdiri dari 26 section yang dimulai dari introduction hingga conclusion :)). Selain penjelasan materi, di kursus ini juga ada assisgnment dan quiz jadi kita bisa tau kemampuan kita sudah sejauh mana. 

So far menurutku kursus di Udemy ini asik sih. Memudahkan sekali untuk kita yang ingin belajar sesuatu tanpa harus datang ke tempat kursus langsung. Hanya dengan modal koneksi internet kita bisa belajar apapun yang kita mau. Tertarik untuk mencoba? :)



Share
Tweet
Pin
Share
7 comments
Aku dipermainkan!
Ditiup angin barat,
Dihempas ombak lautan,
oleh kata-katanya.
Dan sial, aku menikmatinya!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Slice of Lyfe

Labels

  • PERSONAL THOUGHT
  • POEM
  • REVIEW
  • TRIP

Popular Posts

  • Menjadi Seorang INFP
  • Pengalaman Mempunyai Akun Online Dating
  • Kursus Online di Udemy
  • MENIKAH.
  • Menikmati Kopi di Tuang Cafe

Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  February 2019 (1)
  • ▼  2018 (32)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  June 2018 (7)
    • ►  May 2018 (5)
    • ►  April 2018 (3)
    • ▼  March 2018 (3)
      • MENIKAH.
      • Kursus Online di Udemy
      • ...
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (4)
  • ►  2017 (11)
    • ►  December 2017 (11)
Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose