• Home
  • Hi!
  • Thought
  • Review
  • Trip
instagram

The Random Journal

Wow, ternyata udah sembilan juta delapan ratus empat puluh sembilan ribu enam ratus detik aku ga ngeblog. Pantesan aja tadi sempet lupa gimana cara login ke blogspot :)) Akibat mood yang timbul tenggelam jadilah komitmen menulis seminggu satu postingan hanya wacana belaka, padahal banyak banget pikiran-pikiran yang pingin diungkapin.

Okay, sementara di luar berisik banget sama suara knalpot motor dan terompet yang ditiup orang-orang yang mau taun baruan, mumpung lagi ada mood, i wanna write about something.

As we know, beberapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 22 Desember 2018, negara kita, Indonesia baru saja mengalami bencana tsunami di Selat Sunda. Tentunya bencana ini membuat seluruh rakyat Indonesia bersedih. And Thanks, God, masih banyak banget orang-orang yang peduli akan sesamanya. Banyak orang yang memberikan bantuan baik berupa materi maupun non materi kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Bahkan dari salah satu platform crowdfunding yang populer di Indonesia, aku bisa melihat pergerakan penggalangan dana yang sangat cepat. Dalam waktu satu malam saja, dana yang terkumpul mencapai puluhan juta rupiah. Alhamdulillah masih banyak orang baik di negara ini.

Tapiiiiii...

Sayangnya ada tapinya nih. Ada beberapa gelintir orang yang kelakuan dan pikirannya agak-agak ga beres. Humanity-nya patut dipertanyakan. Aku sampe ga habis pikir, ko ada ya orang yang kaya gini.

Jadi beberapa hari yang lalu aku baca artikel tentang orang-orang yang ber-selfie ria di lokasi bencana tsunami Selat Sunda. Background selfie mereka bener-bener lahan banjir yang dipenuhi mobil-mobil dan semua yang hancur akibat tsunami. Yang bikin aku 'gemas' sih ekspresi mereka yang sama sekali tidak menunjukkan simpati pada korban. Senyum-senyum manis gitu, malah ada yang sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

Menurut Jamie Fullerton, seorang jurnalis The Guardian yang menulis artikel 'Destruction gets more likes': Indonesia's tsunami selfie-seekers, salah satu orang yang berselfie di lokasi bencana bilang gini, "The photo is on Facebook as proof that we are really here and gave the aid." Kesel banget ga sih dengernya? Kalo aku sih kesel.

Kalau memang pingin ngasih liat bahwa mereka sudah bener-bener kesana dan memberikan bantuan, ya ga usah selfie sambil senyum-senyum juga kali ah. Bisa kan fotoin pas serah terima bantuannya, walaupun agak ga setuju juga karena jadinya terkesan riya. Tapi pastinya masih banyak cara yang pantas daripada selfie sambil senyum-senyum gitu.

Masih menurut artikelnya Fullerton, ada korban yang mengaku kecewa dan sedih melihat kelakuan-kelakuan 'aneh' selfie seekers itu. Wajar banget sih, aku aja yang ga lihat langsung kecewa, apalagi korban yang lihat langsung. :(

Apa mereka ga bisa bayangin ya gimana rasanya kalau jadi korban? --" That kind of people have no empathy. Miris banget. Semoga kita ga kaya gitu ya.

Sekian keluh kesah untuk hari ini. See you next year :)
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Masih dalam suasana libur lebaran, masih bersama dengan keluarga, dan masih pergi ke curug yang ada di Subang.

Objek wisata di Subang memang belum begitu terkenal. Paling orang-orang hanya mengenal Pemandian Air Panas Sari Ater dan Gunung Tangkuban Parahu. Itu pun kadang mereka menyebutnya bahwa lokasi objek wisata tersebut berada di Bandung Barat, bukan di Subang. Sebenarnya selain Sari Ater dan Tangkuban Parahu, Subang punya beberapa curug (air terjun) yang bisa dikunjungi loh.

Kali ini aku dan saudara-saudaraku mengunjungi curug yang ada di Desa Cibeusi, Ciater, Subang. Namanya Curug Cibareubeuy. Bagi yang sudah pernah datang ke Pemandian Air Panas Sari Ater, untuk menuju lokasi Curug Cibareubeuy, kita akan melewati Sari Ater terlebih dahulu, baru kemudian menuju ke Desa Cibeusi. Btw, ini kunjungan kedua ku ke Curug Cibareubeuy.

Setelah sampai di Desa Cibeusi, kami langsung menemukan pintu loket tiket. Kemudian kami membeli tiket dan langsung berjalan menuju curug. Oh iya, ada dua jalur pilihan untuk menuju curug, yaitu jalur hutan dan jalur pesawahan. Karena kali ini jalan bersama tiga ibu-ibu dan satu anak kecil, jadi kami memilih jalur pesawahan. 



Jangan takut tersesat karena banyak banget sign menuju curug. Keuntungan lewat jalur pesawahan adalah kita jadi gak gampang capek karena jalannya yang landai. Selain itu kita juga bisa nemuin beberapa warung yang bisa kita gunakan untuk istirahat dan ngopi-ngopi kalau kita udah merasa capek. Untuk menuju ke curug kita harus berjalan kaki sekitar satu jam. Lumayan ya.



Di area ini, kita gak cuma bisa nikmatin Curug Cibareubeuy saja. Ada Jabon Camping Area, Kampung Senyum, Menara Selfie dan Curug Pandawa.

Nah lokasi pertama yang dapat kita temui setelah perjalanan melewati pesawahan adalah Desa Cinta Laksana. Di desa ini adalah area camping, namanya Jabon Camping Area.




Setelah itu, barulah kita sampai di Kampung Senyum. Kampung Senyum adalah kampung budaya yang dikelola oleh Abah Rosid. Di Kampung Senyum ini kami menemukan sebuah papan dengan tulisan yang menyuruh pengunjung untuk membunyikan kentongan sebanyak lima kali sebelum memasuki kampung. Selain itu, di Kampung Senyum ini juga ada penginapan loh, tapi aku lupa nanya tarifnya. 

Oh iya di Kampung Senyum juga kita bisa melihat cara membuat gula arean, meminum lahang (air dari pohon aren) dan bisa belajar memainkan alat musik buatan Abah Rosid yaitu celempung.

Setelah puas di Kampung Senyum, kami melanjutkan perjalanan. Sekitar lima menit dari Kampung Senyum, kita sudah sampai di Curug Cibareubeuy. Curug ini mempunyai ketinggian sekitar 40 meter. Dinginnya air dan suasananya yang asri membuat lelahnya perjalanan terasa tak sia-sia.


Puas menikmati keindahan Curug Cibareubeuy, saatnya kami berjalan lagi sekitar sepuluh menit untuk sampai di Menara Selfie. Kenapa disebut Menara Selfie? Karena banyak yang berpoto selfie disini :))). Di Menara ini banyak spot untuk berpoto. Selain itu kita juga bisa melihat Curug Cibareubeuy dari ketinggian.



Nah lokasi terakhir adalah Curug Pandawa. Dari Menara Selfie kita hanya harus turun untuk menuju lokasi ini. Curugnya tidak tinggi namun bertingkat.


Sekian cerita one day trip yang melelahkan dan menyenangkan kami. See yaa...
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Setiap ke Bandung, selalu berencana untuk mampir ke Bengkel Kopi. Namun berkali-kali gak jadi. Alasannya macem-macem. Pergi dan pulang gak lewat Ledeng, macet dan berujung bete yang bikin gak mood buat nongkrong, terlanjur kekenyangan yang bikin males buat ngopi lagi, dan lain-lain.

Nah, bulan April lalu akhirnya aku dan adikku nyoba datang ke Bengkel Kopi. Kita berdua niat banget pingin kesana, sampai-sampai nahan buat gak ngopi sebelum pulang.

Bengkel Kopi adalah sebuah cafe yang terletak di Jalan Setiabudi, Bandung. Sesuai dengan namanya, cafe ini sangat kental dengan suasana bengkel. Cafe ini terdiri dari ruangan indoor dan outdoor.


Kita akan menemui meja kasir begitu masuk ke dalam cafe ini. Di ruangan ini kita bisa menemukan stir mobil yang dijadikan hiasan dinding. Gak ketinggalan juga kunci-kunci, obeng dan perlengkapan bengkel lainnya yang dijadikan pelengkap dekorasi yang di pasang di dinding.



Beberapa tempat duduk yang disediakan untuk pelanggan pun sangat unik, yaitu terbuat dari drum. Selain itu ada juga yang terbuat dari ban.

Ruangan outdoor Bengkel Kopi terdapat di dalam, setelah ruangan yang terdapat meja kasir. Disana kita bisa menemukan sebuah mobil tua yang ditata dengan apik. Kalau yang suka foto-foto, bisa banget tuh berfoto disitu.




Menu makanan dan minuman yang ditawarkan di Bengkel Kopi sangat beragam. Mulai dari makan berat hingga camilan. Nasi goreng, tahu rawit, tempe mendoan, roti bakar, telur puyuh, peuyeum dan lain-lain bisa kita pesan disini. Untuk minumannya pun gak hanya kopi. Kopi yang digunakan di Bengkel Kopi ini pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Garut, Ciwidey, Bali, Flores dan Aceh. Proses pembuatannya pun ada yang dilakukan secara manual dan diproses menggunakan mesin yang modern.





So far ngopi di Bengkel Kopi asik kok. Tertarik untuk mencoba?



Bengkel Kopi
Jl. DR. Setiabudhi No. 257, Isola, Sukasari, Bandung
11.00 - 24.00

Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Pingin liburan dengan low budget dan tanpa macet? Jalan-jalan di kota tempat kita tinggal bisa jadi pilihan loh.

Liburan lebaran kemarin, aku dan gank-ku (read: saudara) pergi ke salah satu curug (air terjun) yang ada di kotaku. Curug Cileat namanya. Curug yang berada di Kampung Cibago, Desa Mayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang ini katanya sih ketinggiannya mencapai lebih dari seratus meter. Jarak yang harus kita tempuh untuk mencapai Curug Cileat sekitar lima kilometer dari tempat parkir kendaraan yang disediakan di tempat wisata ini dengan waktu tempuh kurang lebih dua jam. Lumayan bikin pegal kaki sih, tapi percayalah semua akan terbayar saat kita sampai di Curug Cileat.

Kami memulai perjalanan dari tempat parkir sekitar pukul sebelas siang. Oia, tarif parkir di tempat ini Rp. 5.000/ kendaraan dan biaya tiket masuknya Rp. 5.000/ orang, liburan murah meriah banget kan? :p 

Ada dua rute untuk bisa sampai ke tujuan. Rute area pesawahan dan rute hutan. Kali ini kami menggunakan rute pesawahan. Eits jangan anggap enteng rute area pesawahan sebelum mencoba sendiri yaa.

Pemandangan sepanjang perjalanan

Perjalanan dimulai dengan melewati area pesawahan warga, kemudian masuk ke area hutan alami kaki Gunung Canggah dengan jalan yang menanjak. Jalur yang harus kami tempuh lumayan ekstrem. Di sisi kanan terdapat tebing dan pohon-pohon yang rimbun, sedangkan di sisi kiri terdapat jurang. Jadi untuk bisa mencapai Curug Cileat kami harus menyiapkan tenaga yang cukup.

Area pesawahan warga

Namun untuk yang gampang capek dan laperan, jangan khawatir. Di sepanjang jalan ada beberapa warung yang menjual makanan dan minuman. Mamang cuanki juga ada loh. Selain itu, ada juga sebuah saung yang menyediakan toilet, tempat istirahat dan mushola. Kami pun sempat istirahat disana.

Adik sepupu, keponakan, adik, kakak sepupu di area saung tempat istirahat.

Selama perjalanan menuju Curug Cileat, kami menjumpai empat curug lainnya, yaitu Curug Citorok yang memiliki ketinggian sekitar 70 meter, Curug Cimuncang yang memiliki ketinggian 80 meter dan Curug Cimuncang Pasir yang ketinggiannya mencapai 90 meter. Sedangkan Curug Anak Cileat berada di sebelah Curug Cileat.

Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Curug Anak Cileat dan Curug Cileat dari Curug Cimuncang Pasir sekitar 45 menit. Dan begitu sampai di Curug Cileat, hawa dingin langsung kami rasakan. Percikan air terjunnya pun membuat kami menggigil. Kolam alami yang berada tepat di bawah air terjun memiliki air yang sangat jernih dan dingin. Sebentar saja berada di kolam tersebut membuat kami kedinginan.

Curug Cileat dan Curug Anak Cileat

Curug Anak Cileat



Setelah puas merasakan air terjun yang dingin, perut kami pun merasakan lapar. Kami langsung naik ke atas dan menghampiri warung yang ada disana. Semangkuk mie instan dan segelas kopi panas berhasil mengisi tenaga kami untuk melakukan perjalanan pulang.

Bagaimana, tertarik untuk mendatangi Curug Cileat?
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Kini
ku sadari bahwa
Juli
datang hanya untuk
menghadirkan dingin
yang dapat
membekukan rasa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Aku bukannya bisu,
pun tidak tuli.
Jika saja kau berkenan
tuk sedikit pahami,
diamku lebih bermakna.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bahkan
seseorang yang hadirnya
hanya memberimu rasa sakit saja
patut untuk kau syukuri,
karena ia berperan penting
dalam membuatmu menjadi
manusia yang kuat.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jeda
kuhadirkan untuk memberi makna
pada keriuhan dan keheningan,
agar kau sadar akan keberadaanku.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dia bilang,
"Orang lain hanya bisa melukai."
kurasa tidak.
Mungkin,
kitanya saja yang terlalu berekspektasi
untuk dibahagiakan oleh orang lain.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ada kabar gembira untuk kita semua loh. Bukan kulit manggis kini ada ekstraknya ko. Tapi kini ada platform pinjam meminjam buku secara online pertama di Indonesia, namanya bookabuku.com. Udah pada tau ya? Kalo aku sih baru tau semalam. 😂

Jadi semalam waktu stalking akun salah satu penulis Indonesia, aku baca tweet-nya tentang bookabuku.com, dan aku rasa platform ini sangat menarik dan berguna khususnya bagi para pecinta buku.


Sebenernya ini bukan review ya karena aku belum coba pake platform ini, tapi lebih ke give an information. Nah untuk bisa menggunakan platform ini, we have to make an account first. Kita hanya perlu mengisi nama lengkap, tempat tanggal lahir, gender dan alamat email yang digunakan. Nanti tampilan akunnya kurang lebih seperti ini.


Untuk berlangganan, kita harus membayar security deposit sebesar Rp. 150.000,-. Security deposit ini merupakan jaminan bagi bookabuku.com dan para lender. Kita bisa mengklaim kembali security deposit jika kita telah melewati batas berlangganan. Selain security deposit, kita juga harus membayar biaya berlangganan sebesar Rp. 68.500,-/bulan. Dengan biaya tersebut, kita bisa meminjam dua buku lokal maupun impor dari 5.000 koleksi buku yang bookabuku.com miliki. Bukunya diantar jemput gratis ke tempat kita loh.


Di bookabuku.com kita juga bisa menjadi lender. Keuntungan menjadi lender selain berbagi manfaat dari buku yang kita pinjamkan, kita juga akan mendapatkan tambahan penghasilan, yaitu Rp. 5.000 bagi setiap buku lokal dan Rp. 10.000 bagi setiap buku impor yang kita pinjamkan selama satu bulan.


Saat ini, area jangkauan dari bookabuku.com meliputi 24 kota yang tersebar di sembilan provinsi (Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Bali). Bagi pelanggan yang lokasinya di luar jangkauan bookabuku.com, bisa mengirimkan buku melalui jasa pengiriman yang ada di daerah tersebut dan menerima penggantian ongkos kirim dari bookabuku.com maksimal sebesar Rp. 10.000,-.



Platform yang bermanfaat kan? Jadi gimana? Tertarik untuk pinjam buku di bookabuku.com ndak? ;)


Share
Tweet
Pin
Share
7 comments
Ada yang suka jalan-jalan sendirian? Pasti banyak lah yaa. Aku juga suka jalan-jalan sendirian. Aku sering ke toko buku sendirian biar bisa baca buku gratis selama berjam-jam, nonton bioskop sendirian biar ga usah ribet voting mau nonton apa, makan sendirian biar ga usah ngerasa ga enak kalo makannya lama. Beberapa kali naik kereta sendirian cuma karena kangen vibe-nya stasiun dan perjalanan di kereta, -iya, bolak balik dan abis itu baru sadar kalo aku abis ngelakuin hal yang agak silly tapi bikin seneng, Haha-.

Nah, di postingan ga berfaedah kali ini, aku cuma mau upload poto hasil jalan-jalan sendirian di Bandung di tahun 2016, haha. Dimulai dari Teras Cikapundung di Jalan Siliwangi, lalu ke Jalan Braga, Alun-alun Bandung di Jalan Asia Afrika, kemudian ke Taman Film di bawah jalan layang Pasupati dan terakhir ke Balai Kota Bandung di Jalan Merdeka.


Teras Cikapundung

Lapak lukisan di Jalan Braga



Ngeh ga kalo di langit ada pelangi? 😁

"Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum."

Alun Alun Bandung


Taman Film

Taman Balai Kota



Nah sekian postinganku yang ga jelas ini. Semoga setelah buka postingan ini kalian ga nyesel dan ngedumel ya. Haha. Peace, love and gawls :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tadi setelah sahur, saya membaca sebuah tweet yang isinya minta bantu untuk milih calon istri. Pilihan pertama, calon istrinya taat agama dengan gaji sebagai guru sekitar 2,5 juta. Sedangkan pilihan kedua, agamanya biasa aja bahkan kurang tapi penghasilannya 18 juta/bulan sebagai manajer. Dan seperti yang sudah saya duga, respon dari tweet tersebut banyak banget dan beragam. Ada yang menyarankan memilih opsi satu karena menganggap agama ada hal yang penting dan alasan-alasan lainnya, ada juga yang memilih opsi dua karena mempunyai penghasilan besar dapat menjamin kehidupan dan kebahagiaan dan alasan-alasan lainnya, ada yang pilih dua-duanya (ini yang komen kaum lelaki 😑), ada yang komen 'Ini mas-nya mau numpang hidup dari calon istrinya?', ada yang bilang 'Mending mbak-mbak-nya jangan mau sama mas-nya karena menilai calon istri dari gaji', dan ga sedikit juga yang misuh-misuh sama mas-mas yang ngasih pertanyaan karena menganggap mas-nya berpikiran dangkal dengan hanya mempertimbangkan dua variabel saja, yaitu agama dan gaji, haha.

Jujur, saya merasa terhibur membaca berbagai pemikiran orang-orang tentang pendapat mereka terhadap kasus ini. Isi kepala manusia itu memang unik dan mengesankan. Hehe jadi out of the topic.

Oke, kalo mas yang lagi bingung pilih calon ini nanya ke saya, saya akan jawab 'Pilih yang paling mas-nya butuhkan dan pilih yang risikonya paling bisa mas-nya terima.' Karena setiap kita memilih sesuatu, pasti satu paket dengan konsekuensi yang harus kita terima. Ga boleh nawar-nawar lagi. Ga boleh ada ngeluh-ngeluh belakangan.


Kalo mas-nya butuh calon istri yang taat agama, ya pilih yang nomor satu. Dengan konsekuensi backup pendapatannya kurang, mas-nya harus bisa berusaha lebih keras kalo pingin hidup enak. Sedangkan kalo mas-nya lebih butuh wanita dengan penghasilan besar, ya pilih yang nomor dua. Dengan konsekuensi mas-nya harus ekstra dalam mengajari istrinya ilmu agama, harus siap kalo istrinya ga punya banyak waktu di rumah (ya namanya juga manajer, biasanya 60% waktu lebih banyak dihabiskan untuk perusahaan).

Menurut saya sih informasi dari tweet di atas kurang lengkap. Kita ga tau kecenderungan mas-nya seperti apa, lifestyle-nya gimana. Kita juga ga tau karakter mbak 1 dan mbak 2 itu seperti apa. Jadi dalam memberikan saran juga ya seadanya. Karena kecenderungan, karakter dan kebiasaan sangat mempengaruhi dalam memilih sesuatu. Bagi seorang yang money oriented penghasilan adalah segalanya. Namun tidak untuk orang yang berorientasi pada kehidupan akhirat.

Saya pernah mendengar seorang lelaki yang bilang ke calon istrinya 'Kalo kamu mau hidup enak, ya kerja walopun udah nikah.' Saya juga pernah ketemu dengan lelaki yang memandang sebelah mata perempuan yang ga punya kerjaan tetap. Dan saya juga pernah ketemu lelaki yang sangat sedih waktu cerita kalo istrinya harus bekerja demi membantunya. Jadi kalo menurut saya semua pilihan dan tindakan yang diambil tergantung dari persepsi ideal masing-masing individu.

Nah kalo saya jadi mas yang lagi bingung, saya akan memilih opsi 1. Bagi saya, agama merupakan landasan penting dalam membina rumah tangga. Dengan memiliki pengetahuan yang baik dalam hal agama bisa membuat seseorang tau apa tujuan hidup dan mengerti apa hak dan kewajibannya. Lagian untuk urusan pendapatan yang saya tau itu kewajiban seorang suami. Suami bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kalopun istri ikut membantu dalam keuangan keluarga, itu hanya sekedarnya, tidak wajib.

Tapi rasanya tidak fair kalo milih calon istri hanya dengan melihat agama dan gaji saja. Banyak variabel penting yang harusnya dipertimbangkan juga. Kesamaan visi misi, tujuan berumahtangganya seperti apa, karakter, tingkat kecocokan, bagaimana satu sama lain bisa saling menghormati dan menghargai, mengetahui dan mengerti peranan masing-masing dalam keluarga. Oia seseorang yang bersedia untuk terus ber-improvement juga bisa menjadi pertimbangan karena dia akan selalu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Teman saya yang sudah menikah, beberapa hari yang lalu bilang begini ke saya 'Berumahtangga itu ga gampang. Akan banyak sekali hal yang bisa menyebabkan masalah dan stres. Sesempurna dan sekeren apapun calon pasanganmu pasti ada kekurangannya. Yang terpenting adalah bagaimana bisa struggle dalam mempertahankan pernikahan. Agama, karakter yang baik, kedewasaan mental, komunikasi adalah hal-hal yang bisa membuat suatu pernikahan berhasil. Mumpung belum nikah, pelajari semua hal yang bisa bikin kamu lebih dewasa dan bijak, agar saat menikah nanti lebih siap dalam menghadapi permasalahan yang ada.'

Nah begitulah pendapat sotoy saya mengenai kasus mas-nya yang bingung pilih calon istri. Berbeda pendapat dengan saya? Wajar. Semua orang punya pendapat dan pandangan masing-masing, hehe.

Semoga selalu berbahagia, guys :)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Seperti yang kita tau, saat ini isu lingkungan hidup menjadi salah satu perhatian warga dunia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kerusakan alam yang terjadi di bumi yang kita tinggali ini.

Tadi pagi aku baca sebuah artikel yang berjudul "Reversing nature loss is everyone's business". Do you agree with that statement? I'm sure all of us agree with that.

Untuk keberlangsungan hidup, kita sebagai manusia tentunya sangat bergantung pada alam. Kita sangat mengandalkan udara yang kita hirup, air yang kita minum dan makanan yang kita makan. Namun sayangnya saat ini terjadi banyak sekali masalah pada lingkungan hidup kita.

Beberapa hari yang lalu aku melihat sebuah video yang memperlihatkan masalah kelangkaan air bersih di salah satu kota di Amerika (aku lupa nama kotanya). Di video tersebut diperlihatkan keruhnya air yang berasal dari air keran (air tanah/ sumur). Warga di kota tersebut mengeluh karena air keran tidak bisa mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari, akibatnya mereka harus membeli air bersih. Di video tersebut diperlihatkan juga banyaknya stok galon-galon air di tiap rumah warga, tidak ketinggalan juga keluhan tentang membengkaknya anggaran biaya rumah tangga mereka karena harus membeli air bersih.

Ternyata, di Indonesia pun mengalami krisis air bersih. Salah satu wilayah yang mempunyai masalah kelangkaan air bersih adalah wilayah pesisir Jakarta Utara. Walaupun pada kenyataannya Indonesia mempunyai air yang melimpah, namun air yang melimpah tersebut belum bisa dinikmati oleh warga pesisir secara bebas.

Selain masalah kelangkaan air bersih, kita juga dihadapkan pada masalah kenaikan suhu dunia. Dari artikel yang berjudul "World Temperature Rise Nears Danger Level", aku baru tau kalo sisa batas aman kenaikan suhu di dunia adalah 0,5 ℃. Adanya kenaikan suhu dunia ini melahirkan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, dimana negara-negara yang berpartisipasi di dalamnya berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menahan peningkatan suhu global.

Masalah polusi udara pun menjadi ancaman bagi warga dunia. Menurut WHO, 92% warga dunia tinggal di tempat-tempat dimana tingkat kualitas udaranya berada di atas batas WHO. Polusi udara banyak terjadi di kota-kota besar yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan pemanasan global dan dapat menimbulkan bencana seperti naiknya permukaan laut, banjir, badai dan suhu ekstrim. Polusi udara juga menjadi penyebab kematian satu dari sembilan warga dunia.

Keadaan juga diperparah oleh hilangnya keanekaragaman hayati secara perlahan. Kita pasti sering mendengar tentang berkurang atau bahkan musnahnya populasi beberapa jenis hewan dan tumbuhan. Hal tersebut secara pasti akan mengganggu sistem ekologi.

Lalu kalo sudah begini, adakah yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya? Ada dong! Untuk mengurangi polusi dan penggunaan bahan bakar fosil, kita bisa menggunakan renewable energy. Syaratnya para pengambil keputusan di semua level harus bertanggung jawab dan dengan cepat mengarahkan masyarakat untuk beralih ke penggunaan energi yang efisien dan terbarukan, yang diproduksi dengan cara yang berkelanjutan tanpa memberi dampak buruk bagi kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati.

Hal lain yang bisa kita lakukan terutama di daerah perkotaan adalah dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi udara. Kita bisa menyiasatinya dengan cara menggunakan transportasi umum, sepeda atau berjalan kaki. Bisa lebih sehat juga kan? Hehehe.

By the way, judul postinganku kali ini sebenernya judul lagunya Homogenic. Nah penggalan lirik lagunya bisa dijadiin kata-kata penutup deh, haha. "Stop make me dying fast. I still want to living life. To see the sun, see the moon, breath the air. Please care for the green trees. And all the life inside it. Then I'll treat you. I'll give you better life."

So guys, let's save our earth!
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sejak booming-nya K-Pop dan K-Drama, resto makanan Korea menjamur di berbagai kota. Salah satu resto yang terkenal dalam menyuguhkan makanan khas Korea adalah Mujigae. Mujigae mempunyai cabang di beberapa kota. Resto kekinian ini berdesain interior mewah. Kita bisa langsung merasakan atmosfer Korea begitu masuk ke dalamnya.

Oia, Mujigae merupakan salah satu resto yang memanfaatkan teknologi loh. Di setiap meja pengunjung, terdapat sebuah tab yang digunakan untuk memanggil pelayan dan memesan makanan. Selain untuk memanggil pelayan, tab tersebut juga bisa kita gunakan untuk bermain games dan ber-selfie ria.

tab
Sebenarnya ini adalah kunjungan ku yang ketiga ke Mujigae. Kunjungan pertama di Mujigae Botani Square Bogor. Waktu itu sekalian ketemuan sama teman-teman sebimbingan pas kuliah. Disana aku memesan classic topokki dan green tea sea salt. Topokki adalah kue beras yang bentuknya lonjong dan panjang dan teksturnya kenyal. Topokki tersebut disiram saus merah yang pedas dan panas. Menurutku sih rasanya biasa aja ya. Kalo green tea sea salt-nya unik dan enak rasanya. Cara penyajiannya juga unik. Jadi green tea sea salt ini disajikan di gelas yang gede, yang di dalemnya ada es serut, sea salt cream, dan botol yang berisi green tea. Cara minumnya, kita harus nuangin green tea ke gelas terus diaduk deh biar nyampur sama es serut dan sea salt cream-nya.

Nah kalo kunjungan kedua sih di Mujigae Cihampelas Walk (Ciwalk) Bandung. Waktu itu ketemuan sama temen SMA. Aku sih cuma order patbingsu alias es kacang merah yang udah dimodif biar cocok sama lidah Indonesia. Hehe. Jadi di patbingsu ini isinya ada green tea ice cream, jelly, mochi, susu kental manis dan yang pastinya kacang merah. Rasanya? Enak! Recommended deh pokoknya.

Kalo yang ketiga, aku emang sengaja ke Mujigae bareng adek karena pingin makan mie. Kita makan di Mujigae Istana Plaza Bandung. Both of us pesen ramyun. Rasa ramyunnya sih biasa aja ya. Minumnya adekku order banana milk matcha puding, kalo aku pesen matcha milk tea. Matcha milk tea-nya enak sih lumayan tapi lebih enak banana milk matcha puding-nya.






Ramyun
Banana Milk Matcha Puding
Pas kita makan kebetulan disana lagi nayangin drakor While You Were Sleeping, jadi berasa makan bareng Lee Jong Suk deh (gak juga sih, haha).

Jadi menurutku sih kalo soal tempat cozy banget ya, pelayanannya juga oke, minumannya enak-enak, cuma makanannya aja sih yang biasa aja. Ya overall bagus lah yaa. Re-visit? Maybe...



Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Newer Posts
Older Posts

Slice of Lyfe

Labels

  • PERSONAL THOUGHT
  • POEM
  • REVIEW
  • TRIP

Popular Posts

  • Menjadi Seorang INFP
  • Pengalaman Mempunyai Akun Online Dating
  • Kursus Online di Udemy
  • MENIKAH.
  • Menikmati Kopi di Tuang Cafe

Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  February 2019 (1)
  • ▼  2018 (32)
    • ▼  December 2018 (1)
      • Si Narsis yang Miskin Empati
    • ►  September 2018 (1)
      • Jalan Santai ke Curug Cibareubeuy
    • ►  August 2018 (2)
      • Ngopi di Bengkel Kopi
      • Kecipratan Air di Curug Cileat
    • ►  July 2018 (5)
      • Juli
      • Diam
      • Peran Si Pemberi Rasa Sakit
      • Jeda
      • Persepsi
    • ►  June 2018 (7)
      • Pinjam Buku Ke bookabuku.com
      • Jalan-jalan ke Bandung
      • Memilih Pasangan
      • Weeping Mother Earth
      • Makan Bareng Lee Jong Suk di Mujigae
    • ►  May 2018 (5)
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (3)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (4)
  • ►  2017 (11)
    • ►  December 2017 (11)
Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose