• Home
  • Hi!
  • Thought
  • Review
  • Trip
instagram

The Random Journal

Oke di postingan kali ini aku akan sharing tentang pengalamanku mempunyai akun online dating. Walaupun pada kenyataannya online dating sudah berkembang dari beberapa tahun yang lalu, ga sedikit orang-orang yang masih skeptis dengan keberadaannya. Banyak orang yang menganggap bahwa orang-orang yang ada di dalamnya itu adalah orang-orang yang desperate. Haha bisa jadi sih, eh tapi engga deng. Dan seperti yang banyak diberitakan kalo orang-orang di online dating itu pembohong, penipu dan bahkan scammer. Tapi sebenarnya online dating ga se-creepy itu ko. Kitanya aja harus pinter-pinter dalam memilah dan memilih orang. Kenapa aku bisa bilang gitu? Karena ada dua orang temanku yang menikah dan sampai sekarang kehidupannya harmonis dari hasil berkenalan secara online. Ada juga temanku yang walopun ga menjalin romantic relationship tapi jadi temen yang asik.

Awalnya aku memang ga ada niatan untuk ikutan online dating sih tapi temenku ngasih saran untuk join, katanya biar aku ga terlalu kaku ngobrol sama lawan jenis. Haha. Nah akhirnya aku ikutin deh saran temenku itu. Ga cuma satu akun, aku langsung bikin dua. Hahaha. Jadi temenku yang A nyuruh bikin akun di muslima.com dan yang B nyaranin bikin akun di indonesiancupid.com, yo wis lah ya aku turutin saran dua-duanya. Aku sih ga berekspektasi lebih ya pas bikin akun ini, ya itung-itung nambah temen baru aja.

Pas bikin akunnya aku sih curiga ya antara muslima.com dan indonesiancupid.com ini web designernya sama, soalnya tampilannya sama persis, beda di warna sama logonya doang. Haha.

Jadi pas bikin akun, kita harus ngisi beberapa data, seperti data pribadi, preferensi terhadap pasangan, kayak agamanya apa, tinggalnya dimana, rentang umurnya berapa, jenjang pendidikannya gimana, faktor kebiasaan (merokok ato engga), dll. Setelah data diisi, submit, then kita udah bisa langsung pake deh.

Oia kita juga diperkenankan untuk pasang poto. Tapi awal-awal sih aku engga. Soalnya satu-satunya poto yang ada di galeri hapeku ditolak pihak online dating karena potonya ga menunjukkan mukaku dengan jelas. Di potonya memang mukaku setengahnya ketutupan bunga sih, haha.

Karena temenku yang nyuruh bikin akun itu bawelnya luar biasa, pas tau aku belum pasang poto, dia ngomel-ngomel "Yaelah gimana mau ada yang nyamperin kalo ga pasang poto. Aturan tuh pasang potonya yang cantik dan menarik." Denger gitu sih aku langsung jiper ya, apalah aku yang cuma remah-remah biskuit Milna. Akhirnya aku pasang poto yang seadanya.

Oia di akun muslima.com itu rata-rata orang luar negeri, jadi lumayan lah sekalian belajar bahasa Inggris, hehe. Kalo indonesiancupid.com sih orang Indonesia. As I said before, kita harus pinter milih orang karena memang ga semuanya jujur dan baik. So far so good sih. Aku jadi user online dating selama kurang lebih dua minggu. Saat mau delete account kita harus ngisi alasan kenapa kita mau nutup akunnya.

Beberapa minggu setelah delete account, aku bikin akun baru di setipe.com, ini atas saran temen juga. Kalo yang ini sih data yang harus kita isi pas bikin akun lebih banyak ya. Malah ada kayak psikotes gitu untuk nentuin personality kita, jadi ntar di-match sama orang yang kurang lebih personalitynya mirip dengan kita. Dan aku jadi usernya cuma selama tiga hari. Hehe. Dari ketiga online dating itu aku cuma ngasih kontak pribadi ke satu orang temen aja, yang lainnya sih sebatas chatting di aplikasi online datingnya aja.

Menurut pengalamanku, you dont have too much worry ya sama online dating. Ga semua orang di dalemnya kacau ko. Asal kita bisa milih aja, dan kita bisa memfilter informasi apa aja yang mau kita kasih ke orang. Kalo hati-hati sih harus banget.

Kalo masih ada yang skeptis dengan online dating, gini deh, memangnya ada jaminan kalo ketemu secara offline bakalan mulus-mulus aja? Ga akan nemuin tukang bohong dan tukang tipu? I dont think so. Ayu ting ting aja kebingungan gegara nyari alamat palsu. Iya kan? Intinya sih mau online ato offline, kita harus tetep hati-hati aja, jangan gampang percaya. Dan jangan lupa minta sama Allah untuk dijauhkan dari keburukan 😁

Kita harus open minded kali ya. Online dating ada pasti karena ada demand-nya kan. Bisa bantu orang-orang yang kesulitan cari pasangan secara konvensional karena kesibukan mungkin. Ini juga salah satu bentuk ikhtiar kan.

Yeah its just my opinion yaa...

Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Beberapa hari yang lalu setelah sahur, temanku nge-chat begini:

She : Bo, kamu INFJ kan?
Me : Nope
She : Ini ada artikel katanya INFJ itu populasi paling sedikit di dunia. Cuma 1%. Kirain kamu INFJ.
Me : Judgement-ku rendah banget. Aku sih INFP.
She : Ooh. Terus kalo aku apaan?
Me : 😔

Well, gak tau kenapa aku tertarik sekali sama yang namanya personality manusia. Kayaknya bakalan seru dan berguna banget kalo bisa tau kepribadian seseorang. Kita jadi bisa tau cara men-treat orang sesuai dengan personality-nya. Zaman sekarang orang-orang banyak banget kan ya yang berantem cuma gara-gara salah paham, nah dengan mengetahui kepribadian orang lain, kita bisa meminimalisir timbulnya konflik dan kesalah pahaman.

Udah pada tau dong dengan MBTI (Myers-Birggs Type Indicator)? Yup, psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan. Untuk saat ini, tes MBTI termasuk salah satu psikotes yang sering digunakan di dunia.

Oia salah satu temanku pernah bilang, "Manusia itu makhluk yang dinamis, jadi kepribadian seseorang bisa berubah." Oke, memang benar kalo manusia itu makhluk yang dinamis. Tapi menurutku perubahan tersebut terjadi karena adanya pengaruh lingkungan, kondisi bahkan tekanan yang dialami orang itu, simple-nya sih 'hanya menyesuaikan dengan keadaan'. Sedangkan sifat dasarnya tidak akan berubah. Sifat dasar ini dapat diketahui dengan cara melihat kecenderungan kita yang sesungguhnya, tanpa adanya tekanan dan pengaruh lingkungan. 

Oke, balik lagi ke MBTI. Menurut tes MBTI, aku termasuk orang dengan tipe INFP. Sebenernya aku sebel banget dengan tipe ini karena kesannya tuh lemah banget --". INFP - Introvert, Intuition, Feeling, Perceiving. Sebutan lain untuk manusia-manusia yang bertipe INFP ini antara lain, The Idealist (I'm not sure about this. Beberapa temen deket sih bilang gitu, tapi aku gak ngerasa, tapi kadang ngerasa juga sih. Eaaa labil 😝), Healer (Duuh nge-healing diri sendiri aja masih terseok-seok, haha), Dreamer (Iya banget! But as Lennon said 'You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one' *jadi nyanyi, hihi).

Sebagai seorang INFP, aku sering dianggap sebagai orang yang pendiam, tidak ramah dan pemalu. Dalam berkomunikasi, aku cenderung berbicara dengan pelan dan merespon orang dengan lambat. Aku lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Mungkin karena hal ini lah beberapa teman mempercayaiku sebagai tempat curhat mereka. Kalo kata temenku sih aku ini kayak tempat sampah, karena jadi tempat membuang dan menimbun masalah mereka. Haha

Komponen-komponen INFP juga membuatku menjadi orang yang peduli dengan orang lain. Peduli loh ya, bukan kepo 😝. Aku berusaha untuk memahami perasaan orang lain dan berempati atas apa yang orang lain alami. Aku juga bisa merasakan saat orang lain benar-benar menerimaku atau tidak.

Aku lebih suka menghabiskan waktu sendiri or with a few trusted friends. Aku menikmati saat tenggelam dalam buku, puisi, lirik atau perjalanan yang bisa memberiku asupan emosi yang kubutuhkan. Aku lebih menyukai kehidupan sederhana yang bermakna. Karena hal ini aku sering dibilang naif dan tidak realistis. Aku tidak tertarik untuk mendominasi orang lain. Aku sangat mendambakan kehidupan yang harmonis. Aku paling bete kalo liat ada orang yang semena-mena dan picik ke orang lain.

Aku adalah orang yang tidak mudah menceritakan masalah ke orang lain. Kalopun sampai cerita, aku akan memilih-milih hal yang menurutku wajar untuk diceritakan. Jadi ceritanya per-part. Makanya temen-temenku suka sebel karena kentang 'kena tanggung' kalo denger aku cerita. Kadang orang lain juga merasa difficult to know me. Di awal, untuk orang yang baru kenal sih mungkin aku sedikit tertutup, tapi kalo aku udah merasa klik, aku bisa bersikap lebih hangat dan terbuka. Malah aku bisa sangat perhatian.

Dipengaruhi oleh IF (Introvert, Feeling), saat mengambil keputusan, aku cenderung tidak menggunakan penalaran logis. Aku membuat keputusan hanya karena merasakan hal tertentu. Merasa bahwa keputusan tersebut terbaik buatku dan orang lain (jika keputusannya berhubungan dengan orang lain). Makanya kalo ada yang tanya apa alasanku dalam mengambil sebuah keputusan, aku ga bisa jawab dengan detail. Hehe

Ada sebuah artikel yang aku baca tentang random facts about INFP, katanya sih INFP itu great at reading people. Aku jadi ingat temenku yang suka minta aku untuk 'reading' karakter seseorang dari poto. 😆 Selain itu katanya INFP overly shy, self-blame, sangat peduli pada harga diri orang lain dan tau cara bagaimana menghargai orang lain. Karir yang cocok untuk INFP menurut artikel tersebut adalah penulis, pengajar, musisi, psikolog dan dokter jiwa.

Nah, kalo karakter MBTI kamu apa?



Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Siang-siang gini tiba-tiba pingin menuliskan apa yang lagi ada di pikiran. Hal yang receh banget sih sebenarnya. Tapi lumayan lah untuk mengurangi utang postingan. Hehe

Jadi kemarin malem pas scrolling timeline twitter, aku baca reply tweet dari orang yang aku follow. Dia menanggapi tweet-an salah satu followingnya yang bilang 'Gini nih nasib anak kost, harus cari makan sahur sendiri.' dengan 'Nikmati saja, Dek. Suatu hari nanti kamu bakalan kangen masa-masa itu.' Setelah baca tweet itu, aku langsung ngerasa kangen masa-masa saat jauh dari rumah. Ketika harus menyiapkan semuanya sendiri.

Dan tiba-tiba *jeng jeng* *efek lebay*, aku diharuskan untuk keluar kota, gak jauh sih, deket banget malah, ke Padalarang doang, dan cuma dua hari. Hehe. Tapi cukup bikin aku senang. Sampai aku mikir, 'Ini Allah denger batinku kali ya, baru aja aku ngerasa kangen masa-masa ngekost eh tiba-tiba harus keluar kota. Allah pingin aku ngerasain sensasi jauh dari rumah lagi kayanya.' See? Allah Maha Baik banget yaa.

Nah setelah cari-cari homestay, besoknya aku berangkat lah ke Padalarang. Receh banget ya ke Padalarang doang girang. Haha. Tapi emang bahagia itu sederhana loh. Lagian biasanya kalo ke Padalarang lewat doang dan buta arah untuk Bandung bagian barat. Jadi aku anggap ini hal baru buatku.

Aku berangkat ke terminal dan langsung naik elf Subang - Bandung (yang Mamang supirnya  kalo nyetir kaya orang kebelet pipis, kenceng banget. Tapi gak lebih kenceng dari Mamang elf Bogor-Sukabumi sih). Sambil nunggu elfnya penuh, aku merhatiin bus Subang - Kp. Rambutan. Dulu sering banget naik bus itu kalo ke Bogor atau Bintaro.

Emang dasar lagi lebay kali ya, adegan-adegan flashback langsung bermunculan satu per satu. Di awali momen dimana dianter keluarga ke Bogor, tinggal di asrama putri yang sekamarnya diisi oleh empat orang yang asalnya beda-beda, kenalan sama orang-orang yang asalnya dari Sabang sampai Merauke (udah kaya lagu ya 😄), nangis berjamaah sekamar pas sahur pertama (sumpah, ini lebay banget, haha), KTM ditahan gegara pulang lebih dari jam malem pas tahun baru, makan lorong, ngaji lorong, sekamar kompak pura-pura gak ada di kamar biar ga usah ikut apel pagi, tidur dempet-dempetan kalo abis denger cerita horror di asrama, rebutan naik bus kampus kalo kebagian kelas yang jauh dan ramean cuci mata di Bara (anak asrama mah ngegaulnya cukup di Bara 😝). Ah aku rindu...

Tahun kedua sampai keempat jadi anak kost. Sekosan sama orang-orang dari berbagai angkatan dan jurusan yang beda-beda. Ngangkot ramean kalo mau ngampus, titip-titipan beli makan, masak-masakan bareng, nonton bareng, curhat-curhatan, kerok-kerokan (anaknya pada sering masuk angin 😆), ke kota bareng (Dramaga mah kampung, huhu), saling bantu, saling support. Aaah rindu...

Kemudian ingat masa-masa kerja di Bintaro. Berangkat pagi, macet-macetan, pulang pas matahari udah gak keliatan. Pernah gak pulang sampai empat bulan, sampai-sampai Papa ngechat "Mbak, lupa jalan pulang, Nduk? Ko gak pulang-pulang" 😆 (fyi, Papa tuh kadang lebih lebay dari Mama). Pas kerja di Bandung sih hampir tiap minggu pulang ya, soalnya deket. Tapi tetep aja ga di rumah. Bermain sambil belajar selama satu bulan di Kediri juga tiba-tiba muncul di ingatan. Seru. Rindu...

Momen yang bikin sedih pas tinggal jauh dari rumah adalah saat homesick melanda, saat sakit, atau tau orang rumah ada yang sakit, dan saat kangen masakan Mama. Lagu Home-nya Michael Buble dan Pulang-nya Andien udah jadi lagu wajib dan didengerin berulang-ulang. Rajin ngitungin tanggal di kalender biar tau berapa hari lagi bisa pulang. Aah rindu...

Dari semua hal itu, yang paling bikin bahagia adalah bisa punya banyak teman baru. Beberapa jadi sahabat bahkan seperti keluarga. Merasa beruntung karena dikelilingi orang-orang baik. Cause just being around good people makes life so good. 

Kadang ngiri sih sama orang-orang yang pernah dan sedang tinggal jauh dari rumahnya. Karena mereka sebenarnya sedang menerima pengalaman yang baru. Aah, semoga suatu hari nanti aku dapat rezeki untuk kerja atau sekolah di tempat yang jauh dari rumah. Aamiin. (Aamiin-in ya temen-temen 😁). Ya sekian curhatan kali ini, (berasa penting banget ya, hehe). See you next time, good people 💛
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ternyata ungkapan bahwa "cara pandang seseorang terhadap sesuatu berubah seiring pengalaman" itu benar loh. Dulu, aku termasuk orang yang berpegang pada quote "My attitude is based on how you treat me". Jadi, aku memperlakukan orang lain sesuai dengan perlakuan orang itu ke aku. Kalo mereka baik, aku bakalan baik juga ke mereka, pun sebaliknya.

Masalah terjadi ketika aku sudah memperlakukan orang lain dengan baik namun orang tersebut tidak memperlakukanku dengan baik. Ada rasa kesal, kecewa dan marah. Mungkin kalo berani bilang ke orang itu, aku bakalan bilang, "Eh kalo udah dibaikin sama orang tuh harusnya baik juga dong" gitu kali ya. Tapi sayangnya aku gak berani, hehe. Dan populasi orang yang seperti itu (dibaikin tapi gak ngebaikin balik) banyak banget di dunia ini. Kebayang dong udah berapa juta kali aku misuh-misuh gegara hal ini. Bikin pegel hati. Lagian emang salahku juga sih, dengan sikapku yang seperti itu secara gak langsung aku sudah mempersilahkan orang lain untuk memberikan kendali terhadap sikapku (baru sadar beberapa tahun yang lalu --").

Nah, sekitar beberapa tahun ke belakang, saat usiaku semakin banyak, aku sadar kalo sikapku itu gak tepat. Semenjak itu, aku belajar gimana caranya untuk merubah apa yang aku anggap benar sebelumnya dengan apa yang aku anggap benar saat ini. Gak gampang memang, tapi perlu dibiasakan karena aku harus bisa memegang kontrol atas apa yang aku lakukan. Jadi mulai saat itu aku belajar dan berusaha untuk memperlakukan orang lain dengan baik bagaimana pun perlakuan orang itu ke aku. Ya syukur-syukur kalo orang itu memperlakukanku dengan baik juga, kalopun tidak, aku berusaha untuk tidak membalasnya seperti sikapku yang dulu. Aku akan tetap memberi perlakuan yang baik. Karena kita gak bisa meminta dan menuntut orang lain untuk berbuat/ bersikap seperti yang kita inginkan.

Jadi, marilah kita belajar untuk tetap memberi sikap dan perlakuan yang baik kepada orang lain tanpa harus meminta dan menuntut orang tersebut untuk berbuat baik pada kita. Karena saat kita berbuat baik kepada orang lain, sesungguhnya kita sedang berbuat baik pada diri sendiri. Ada sebuah kalimat yang mungkin bisa menjadi motivasi kita untuk tetap berbuat baik bagaimana pun respon orang lain terhadap kita, yaitu "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)".

Well, let's spread the good vibe, good people ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pagi ini saat menyadari bahwa kita (umat muslim) sedang berada tepat di depan pintu Ramadhan, tiba-tiba aku terpikir bagaimana jika Ramadhan ini adalah yang terakhir bagiku. Atau malah mungkin Ramadhan kali ini pun tidak akan aku lewati karena telah dijemput kematian. Karena sejatinya kita tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita bahkan di satu detik kemudian setelah detik ini berlalu.

Aku memeriksa diri dan menelisik semuanya, betapa diri ini jauh dari kata taat. Banyak hal yang aku lalaikan secara hati kepadaNya. Banyak khilaf dan dosa yang telah kuperbuat. Seringkali diri ini terlalu disibukkan dengan urusan dunia. Seringkali pula diri ini tidak mensyukuri nikmatNya. Padahal aku sangat menyadari apalah arti diri ini tanpa cintaNya.

Jika ini Ramadhan terakhirku, tentu aku tak akan berhenti memohon ampun atas semua khilaf dan dosaku. Aku akan berusaha mengisi sisa waktu dengan hal yang diridhaiNya. Berusaha menunaikan segala tanggungan di dunia, baik itu janji-janji atau pun kewajiban-kewajiban yang belum terselesaikan. Aku pun ingin memperbaiki hatiku karena hati merupakan kunci pada diri. Jika hatinya baik, maka akan baik pula segala tingkah dan laku, pun sebaliknya.

Jika ini Ramadhan terakhirku, ingin sekali aku meminta maaf pada mama dan papa atas semua kata dan perilakuku yang menyakitkan mereka. Memohon doa dan keikhlasan mereka demi kebaikanku. Aku pun ingin meminta maaf pada adikku yang kini menjadi orang terdekatku.

Jika ini Ramadhan terakhirku, aku pun ingin meminta maaf pada keluarga besarku, sahabat, teman dan orang-orang yang mengenalku atas segala ucap dan laku yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja menyakiti. Aku memohon maaf dengan segenap hatiku. Mohon dimaafin ya.

Karena besok sudah memasuki bulan Ramadhan, aku ucapkan 'Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Semoga ibadahnya lancar, berkah dan dirahmati Allah SWT. Aamiin' 😊


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Slice of Lyfe

Labels

  • PERSONAL THOUGHT
  • POEM
  • REVIEW
  • TRIP

Popular Posts

  • Menjadi Seorang INFP
  • Pengalaman Mempunyai Akun Online Dating
  • Kursus Online di Udemy
  • MENIKAH.
  • Menikmati Kopi di Tuang Cafe

Blog Archive

  • ►  2019 (1)
    • ►  February 2019 (1)
  • ▼  2018 (32)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  August 2018 (2)
    • ►  July 2018 (5)
    • ►  June 2018 (7)
    • ▼  May 2018 (5)
      • Pengalaman Mempunyai Akun Online Dating
      • Menjadi Seorang INFP
      • Rindu Merindu
      • Hanya Memberi, Tanpa Meminta, Apalagi Menuntut
      • Jika Ini Ramadhan Terakhirku
    • ►  April 2018 (3)
    • ►  March 2018 (3)
    • ►  February 2018 (1)
    • ►  January 2018 (4)
  • ►  2017 (11)
    • ►  December 2017 (11)
Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose