Si Narsis yang Miskin Empati

by - December 31, 2018

Wow, ternyata udah sembilan juta delapan ratus empat puluh sembilan ribu enam ratus detik aku ga ngeblog. Pantesan aja tadi sempet lupa gimana cara login ke blogspot :)) Akibat mood yang timbul tenggelam jadilah komitmen menulis seminggu satu postingan hanya wacana belaka, padahal banyak banget pikiran-pikiran yang pingin diungkapin.

Okay, sementara di luar berisik banget sama suara knalpot motor dan terompet yang ditiup orang-orang yang mau taun baruan, mumpung lagi ada mood, i wanna write about something.

As we know, beberapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 22 Desember 2018, negara kita, Indonesia baru saja mengalami bencana tsunami di Selat Sunda. Tentunya bencana ini membuat seluruh rakyat Indonesia bersedih. And Thanks, God, masih banyak banget orang-orang yang peduli akan sesamanya. Banyak orang yang memberikan bantuan baik berupa materi maupun non materi kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Bahkan dari salah satu platform crowdfunding yang populer di Indonesia, aku bisa melihat pergerakan penggalangan dana yang sangat cepat. Dalam waktu satu malam saja, dana yang terkumpul mencapai puluhan juta rupiah. Alhamdulillah masih banyak orang baik di negara ini.

Tapiiiiii...

Sayangnya ada tapinya nih. Ada beberapa gelintir orang yang kelakuan dan pikirannya agak-agak ga beres. Humanity-nya patut dipertanyakan. Aku sampe ga habis pikir, ko ada ya orang yang kaya gini.

Jadi beberapa hari yang lalu aku baca artikel tentang orang-orang yang ber-selfie ria di lokasi bencana tsunami Selat Sunda. Background selfie mereka bener-bener lahan banjir yang dipenuhi mobil-mobil dan semua yang hancur akibat tsunami. Yang bikin aku 'gemas' sih ekspresi mereka yang sama sekali tidak menunjukkan simpati pada korban. Senyum-senyum manis gitu, malah ada yang sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

Menurut Jamie Fullerton, seorang jurnalis The Guardian yang menulis artikel 'Destruction gets more likes': Indonesia's tsunami selfie-seekers, salah satu orang yang berselfie di lokasi bencana bilang gini, "The photo is on Facebook as proof that we are really here and gave the aid." Kesel banget ga sih dengernya? Kalo aku sih kesel.

Kalau memang pingin ngasih liat bahwa mereka sudah bener-bener kesana dan memberikan bantuan, ya ga usah selfie sambil senyum-senyum juga kali ah. Bisa kan fotoin pas serah terima bantuannya, walaupun agak ga setuju juga karena jadinya terkesan riya. Tapi pastinya masih banyak cara yang pantas daripada selfie sambil senyum-senyum gitu.

Masih menurut artikelnya Fullerton, ada korban yang mengaku kecewa dan sedih melihat kelakuan-kelakuan 'aneh' selfie seekers itu. Wajar banget sih, aku aja yang ga lihat langsung kecewa, apalagi korban yang lihat langsung. :(

Apa mereka ga bisa bayangin ya gimana rasanya kalau jadi korban? --" That kind of people have no empathy. Miris banget. Semoga kita ga kaya gitu ya.

Sekian keluh kesah untuk hari ini. See you next year :)

You May Also Like

1 comments

  1. Masih ada aja ya orang-orang yang model begini. Apa harus ada pelajaran 'etika mengunjungi korban bencana' dulu ya supaya pada ngerti situasi... ckck

    ReplyDelete