Memilih Pasangan

by - June 14, 2018

Tadi setelah sahur, saya membaca sebuah tweet yang isinya minta bantu untuk milih calon istri. Pilihan pertama, calon istrinya taat agama dengan gaji sebagai guru sekitar 2,5 juta. Sedangkan pilihan kedua, agamanya biasa aja bahkan kurang tapi penghasilannya 18 juta/bulan sebagai manajer. Dan seperti yang sudah saya duga, respon dari tweet tersebut banyak banget dan beragam. Ada yang menyarankan memilih opsi satu karena menganggap agama ada hal yang penting dan alasan-alasan lainnya, ada juga yang memilih opsi dua karena mempunyai penghasilan besar dapat menjamin kehidupan dan kebahagiaan dan alasan-alasan lainnya, ada yang pilih dua-duanya (ini yang komen kaum lelaki 😑), ada yang komen 'Ini mas-nya mau numpang hidup dari calon istrinya?', ada yang bilang 'Mending mbak-mbak-nya jangan mau sama mas-nya karena menilai calon istri dari gaji', dan ga sedikit juga yang misuh-misuh sama mas-mas yang ngasih pertanyaan karena menganggap mas-nya berpikiran dangkal dengan hanya mempertimbangkan dua variabel saja, yaitu agama dan gaji, haha.

Jujur, saya merasa terhibur membaca berbagai pemikiran orang-orang tentang pendapat mereka terhadap kasus ini. Isi kepala manusia itu memang unik dan mengesankan. Hehe jadi out of the topic.

Oke, kalo mas yang lagi bingung pilih calon ini nanya ke saya, saya akan jawab 'Pilih yang paling mas-nya butuhkan dan pilih yang risikonya paling bisa mas-nya terima.' Karena setiap kita memilih sesuatu, pasti satu paket dengan konsekuensi yang harus kita terima. Ga boleh nawar-nawar lagi. Ga boleh ada ngeluh-ngeluh belakangan.


Kalo mas-nya butuh calon istri yang taat agama, ya pilih yang nomor satu. Dengan konsekuensi backup pendapatannya kurang, mas-nya harus bisa berusaha lebih keras kalo pingin hidup enak. Sedangkan kalo mas-nya lebih butuh wanita dengan penghasilan besar, ya pilih yang nomor dua. Dengan konsekuensi mas-nya harus ekstra dalam mengajari istrinya ilmu agama, harus siap kalo istrinya ga punya banyak waktu di rumah (ya namanya juga manajer, biasanya 60% waktu lebih banyak dihabiskan untuk perusahaan).

Menurut saya sih informasi dari tweet di atas kurang lengkap. Kita ga tau kecenderungan mas-nya seperti apa, lifestyle-nya gimana. Kita juga ga tau karakter mbak 1 dan mbak 2 itu seperti apa. Jadi dalam memberikan saran juga ya seadanya. Karena kecenderungan, karakter dan kebiasaan sangat mempengaruhi dalam memilih sesuatu. Bagi seorang yang money oriented penghasilan adalah segalanya. Namun tidak untuk orang yang berorientasi pada kehidupan akhirat.

Saya pernah mendengar seorang lelaki yang bilang ke calon istrinya 'Kalo kamu mau hidup enak, ya kerja walopun udah nikah.' Saya juga pernah ketemu dengan lelaki yang memandang sebelah mata perempuan yang ga punya kerjaan tetap. Dan saya juga pernah ketemu lelaki yang sangat sedih waktu cerita kalo istrinya harus bekerja demi membantunya. Jadi kalo menurut saya semua pilihan dan tindakan yang diambil tergantung dari persepsi ideal masing-masing individu.

Nah kalo saya jadi mas yang lagi bingung, saya akan memilih opsi 1. Bagi saya, agama merupakan landasan penting dalam membina rumah tangga. Dengan memiliki pengetahuan yang baik dalam hal agama bisa membuat seseorang tau apa tujuan hidup dan mengerti apa hak dan kewajibannya. Lagian untuk urusan pendapatan yang saya tau itu kewajiban seorang suami. Suami bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kalopun istri ikut membantu dalam keuangan keluarga, itu hanya sekedarnya, tidak wajib.

Tapi rasanya tidak fair kalo milih calon istri hanya dengan melihat agama dan gaji saja. Banyak variabel penting yang harusnya dipertimbangkan juga. Kesamaan visi misi, tujuan berumahtangganya seperti apa, karakter, tingkat kecocokan, bagaimana satu sama lain bisa saling menghormati dan menghargai, mengetahui dan mengerti peranan masing-masing dalam keluarga. Oia seseorang yang bersedia untuk terus ber-improvement juga bisa menjadi pertimbangan karena dia akan selalu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Teman saya yang sudah menikah, beberapa hari yang lalu bilang begini ke saya 'Berumahtangga itu ga gampang. Akan banyak sekali hal yang bisa menyebabkan masalah dan stres. Sesempurna dan sekeren apapun calon pasanganmu pasti ada kekurangannya. Yang terpenting adalah bagaimana bisa struggle dalam mempertahankan pernikahan. Agama, karakter yang baik, kedewasaan mental, komunikasi adalah hal-hal yang bisa membuat suatu pernikahan berhasil. Mumpung belum nikah, pelajari semua hal yang bisa bikin kamu lebih dewasa dan bijak, agar saat menikah nanti lebih siap dalam menghadapi permasalahan yang ada.'

Nah begitulah pendapat sotoy saya mengenai kasus mas-nya yang bingung pilih calon istri. Berbeda pendapat dengan saya? Wajar. Semua orang punya pendapat dan pandangan masing-masing, hehe.

Semoga selalu berbahagia, guys :)

You May Also Like

0 comments