Weeping Mother Earth

by - June 03, 2018

Seperti yang kita tau, saat ini isu lingkungan hidup menjadi salah satu perhatian warga dunia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kerusakan alam yang terjadi di bumi yang kita tinggali ini.

Tadi pagi aku baca sebuah artikel yang berjudul "Reversing nature loss is everyone's business". Do you agree with that statement? I'm sure all of us agree with that.

Untuk keberlangsungan hidup, kita sebagai manusia tentunya sangat bergantung pada alam. Kita sangat mengandalkan udara yang kita hirup, air yang kita minum dan makanan yang kita makan. Namun sayangnya saat ini terjadi banyak sekali masalah pada lingkungan hidup kita.

Beberapa hari yang lalu aku melihat sebuah video yang memperlihatkan masalah kelangkaan air bersih di salah satu kota di Amerika (aku lupa nama kotanya). Di video tersebut diperlihatkan keruhnya air yang berasal dari air keran (air tanah/ sumur). Warga di kota tersebut mengeluh karena air keran tidak bisa mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari, akibatnya mereka harus membeli air bersih. Di video tersebut diperlihatkan juga banyaknya stok galon-galon air di tiap rumah warga, tidak ketinggalan juga keluhan tentang membengkaknya anggaran biaya rumah tangga mereka karena harus membeli air bersih.

Ternyata, di Indonesia pun mengalami krisis air bersih. Salah satu wilayah yang mempunyai masalah kelangkaan air bersih adalah wilayah pesisir Jakarta Utara. Walaupun pada kenyataannya Indonesia mempunyai air yang melimpah, namun air yang melimpah tersebut belum bisa dinikmati oleh warga pesisir secara bebas.

Selain masalah kelangkaan air bersih, kita juga dihadapkan pada masalah kenaikan suhu dunia. Dari artikel yang berjudul "World Temperature Rise Nears Danger Level", aku baru tau kalo sisa batas aman kenaikan suhu di dunia adalah 0,5 ℃. Adanya kenaikan suhu dunia ini melahirkan Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, dimana negara-negara yang berpartisipasi di dalamnya berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menahan peningkatan suhu global.

Masalah polusi udara pun menjadi ancaman bagi warga dunia. Menurut WHO, 92% warga dunia tinggal di tempat-tempat dimana tingkat kualitas udaranya berada di atas batas WHO. Polusi udara banyak terjadi di kota-kota besar yang disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil dapat menyebabkan pemanasan global dan dapat menimbulkan bencana seperti naiknya permukaan laut, banjir, badai dan suhu ekstrim. Polusi udara juga menjadi penyebab kematian satu dari sembilan warga dunia.

Keadaan juga diperparah oleh hilangnya keanekaragaman hayati secara perlahan. Kita pasti sering mendengar tentang berkurang atau bahkan musnahnya populasi beberapa jenis hewan dan tumbuhan. Hal tersebut secara pasti akan mengganggu sistem ekologi.

Lalu kalo sudah begini, adakah yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya? Ada dong! Untuk mengurangi polusi dan penggunaan bahan bakar fosil, kita bisa menggunakan renewable energy. Syaratnya para pengambil keputusan di semua level harus bertanggung jawab dan dengan cepat mengarahkan masyarakat untuk beralih ke penggunaan energi yang efisien dan terbarukan, yang diproduksi dengan cara yang berkelanjutan tanpa memberi dampak buruk bagi kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati.

Hal lain yang bisa kita lakukan terutama di daerah perkotaan adalah dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi udara. Kita bisa menyiasatinya dengan cara menggunakan transportasi umum, sepeda atau berjalan kaki. Bisa lebih sehat juga kan? Hehehe.

By the way, judul postinganku kali ini sebenernya judul lagunya Homogenic. Nah penggalan lirik lagunya bisa dijadiin kata-kata penutup deh, haha. "Stop make me dying fast. I still want to living life. To see the sun, see the moon, breath the air. Please care for the green trees. And all the life inside it. Then I'll treat you. I'll give you better life."

So guys, let's save our earth!

You May Also Like

0 comments